Marsanji
merupakan kebudayaan di daerah mandailing,Marsanji ini biasanya di lantunkan
bila ada pesta perkawinan.Marsanji ini di lantunkan oleh Bujing-bujing(Nauli
Bulung).kalau Nauli bulungnya sudah berkumpul,marsanji ini siap dilantunkan di
suatu ruangan dimana kedua mempelai di sandingkan,biasanya mempelai wanita
diminta untuk marsanji.di situlah tantangannya kalau mempelai wanitanya tidak
bisa Marsanji di akan malu sendiri.jadi biasanya kalau wanita kabiasannya sudah
pada biasa Marsanji,sebab sebelum di menikah dia akan belajar dulu,karena dia
tidak mau di permalukan nantinya,pada saat dia akan memasuki jenjang
pernikahan.
Jadi sudah pasti kalau orang yang berasal dari daerah mandailing sudah tidak ada yang tidak tau MARSANJI itu apa.Dan kalu juga ada yang tidak tau,berarti dia bukan orang Mandailing
Jadi sudah pasti kalau orang yang berasal dari daerah mandailing sudah tidak ada yang tidak tau MARSANJI itu apa.Dan kalu juga ada yang tidak tau,berarti dia bukan orang Mandailing
Di daerah lain
Marsanji disebut juga dengan nama Barzanji yang di ambil dari nama pengarangnya
yaitu Syekh Ja'far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim kitab albarzanji ini biasa dilantunkan
disaat ada acara acara besar keagamaan seperti Maulid nabi Muhammad SAW,Isra Mi’raj
dan bahkan sering juga dibaca sesaat sebelum memulai acara pengajian rutin
atapun tablig akbar dan tidak jarang dilakukan di berbagai kesempatan,
sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya
pada saat kelahiran bayi, mencukur rambut bayi (akikah), acara khitanan,
pernikahan, dan upacara lainnya. Di masjid-masjid perkampungan, biasanya
orang-orang duduk bersimpuh melingkar. Lalu seseorang membacakan Berzanji, yang
pada bagian tertentu disahuti oleh jemaah lainnya secara bersamaan. Di tengah
lingkaran terdapat nasi tumpeng dan makanan kecil lainnya yang dibuat warga
setempat secara gotong-royong. Terdapat adat sebagian masyarakat, dimana
pembacaan Berzanji juga dilakukan bersamaan dengan dipindah-pindahkannya bayi
yang baru dicukur selama satu putaran dalam lingkaran. Sementara baju atau kain
orang-orang yang sudah memegang bayi tersebut, kemudian diberi semprotan atau
tetesan minyak wangi atau olesan bedak.
Pada saat ini,
perayaan maulid dengan Berzanji seperti itu sudah berkurang, dan umumnya lebih
terfokus di pesantren-pesantren kalangan Nahdlatul
Ulama (Nahdliyin). Buku Berzanji tidaklah sukar didapatkan, bahkan sekarang
ini sudah banyak beredar dengan terjemahannya.
Adapun pengarang kitab Albarzanji ini lahir di Madinah tahun
1690 dan meninggal tahun 1766. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan,
Barzinj. Karya tersebut sebenarnya berjudul 'Iqd al-Jawahir (Bahasa Arab,
artinya kalung permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi
Muhammad saw, meskipun kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.(dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar